Resolusi di Tahun 2022: Partisipasi Kelola Sampah

Oleh: Sat Rahayu

Informasi yang harus diketahui dan menjadi perhatian bersama mengenai pengelolaan sampah di Indonesia.

  1. Pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan pola land filling pada sebuah TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dan open dumping (Damanhuri E & Padmi T, 2010; Andina E, 2019). Land filling yaitu sampah diletakkan di suatu kawasan kemudian diurug dengan tanah, sedangkan open dumping yaitu sampah baik organik dan organik ditumpuk di satu lokasi di tempat terbuka.
  2. Sebanyak 60% sampah terangkut ke TPA, sisanya dikelola swadaya, tercecer dan secara sistematis dibuang ke badan air (Damanhuri E & Padmi T, 2010).
  3. Pengelolaan limbah plastik di Indonesia minim terhingga terbawa ke lautan (Lestari P & Trihadiningrum Y, 2019). Sampah yang terbawa ke lautan tersebut menjadikan Indonesia sebagai penyumbang plastik terbesar kedua dunia (Jambeck 2015).

Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan peningkatan timbulan sampah (Andina E, 2019). Hampir semua kebutuhan primer dan sekunder dikemas dalam plastik, mulai dari beras, gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, baju dll. Plastik disatu sisi mempermudah kehidupan manusia, dengan sifat ringan, daya tahan kuat, dan aman menyimpan produk. Disisi lain plastik sulit hancur. Jika plastik hanya satu kali pakai, kemudian dibuang maka jumlah sampah plastik dari 270 juta jiwa Indonesia jumlahnya menjadi sangat banyak.

Masalah keberadaan sampah yaitu estetika; bahan organik dan anorganik yang terakumulasi dalam skala besar menjadi sumber tikus, lalat, kecoa kucing, dan patogen penyakit; bau tumpukan sampah mencemari udara; air lindi mencemari tanah dan badan air; sampah kering mudah terbakar oleh penyebab kecil seperti rokok (Damanhuri E & Padmi T, 2010).

Kompos
Kompos

Apa yang dapat kita disumbangkan untuk penanganan sampah? Banyak hal dapat dikerjakan dan harus menjadi kewajiban masing-masing individu. Yang diperlukan untuk kelola sampah adalah kemauan dan biaya kurang lebih Rp 50.000,00 saja. Uang Rp 50.000,00 digunakan untuk membeli satu buah ember Rp 44.000,00 dan tiga buah karung Rp 6.000,00. Ember bagian dasar dilubangi digunakan untuk mengkomposkan sampah organik. Mikroorganisme seperti EM4 dapat ditambahkan ke dalam ember agar proses pengkomposan cepat. Mikroorganisme pembantu composting dapat dibuat sendiri dari campuran tape yang ditambahkan dengan gula pasir, kemudian dibiarkan dalam botol terbuka selama 4 hari. Bahan organik juga bisa dikomposkan secara tradisional dalam lubang tanah.

Karung digunakan untuk menyimpan sampah-sampah yang sudah dipilah. Sampah rumah tangga harus dipilah, tujuannya agar tidak menimbulkan bau dan sampah yang masih berguna dapat dimanfaatkan kembali.

Beberapa sampah plastik berharga untuk dijual. Sampah ini dikumpulkan dalam karung, setelah jumlahnya banyak dijual ke pengepul, ke bank sampah atau disedekahkan ke pemulung. Plastik yang laku dijual antara lain: botol dan gelas minum, botol-botol plastik untuk menampung home care dan skin care, plastik perabot rumah tangga yang sudah rusak, serta berbagai macam kaleng. Dupleks, kertas, dan karton dapat didaur ulang sehingga dapat dikumpukan dalam karung terlebih dahulu setelah banyak dapat dijual ke pengepul atau bank sampah.

Plastik-plastik kemasan lain sayang sekali tidak laku di jual. Kita tidak dapat menghindari pemakaian plastik-plastik kemasan ini. Sebagai contoh, saat makan Oreo maka menyisakan plastik yang tidak laku dijual. Barangkali plastik ini dapat dicegah dengan tidak mengkonsumsi Oreo. Tapi bagaimana dengan plastik untuk mengemas gula pasir, tepung terigu, beras, minyak goreng, berbagai merk deterjen, garam, berbagai merk softener dan pewangi, berbagai merk sabun mandi cair baju, obat tablet dll. Semua kebutuhan pokok tersebut dikemas dalam plastik.

Apa yang dapat dilakukan dengan plastik-plastik yang sulit didaur ulang dan dijual tersebut. Cara yang paling mudah, tidak butuh teknologi, dan semua orang dapat mengerjakan yaitu plastik dibuat menjadi ecobrick. Ecobrick itu apa? Ecobrick memiliki arti batu bata ramah lingkungan. Cara membuat ecobrick yaitu plastik yang sudah dicuci dengan sabun hingga bersih dan kering dimasukkan dalam botol minum yang juga bersih dan kering. Plastik-plastik ini ditekan dengan stick kayu hingga padat. Botol minum 600 ml setelah diisi plastik sebaiknya memiliki berat antara 200-220 gram.

Ecobrick

Butuh kesabaran dan ketelatenan dalam pembuatan ecobrick yaitu proses cuci, mengeringkan plastik, dan proses pembuatan ecobrick itu sendiri. Cara agar mencuci plastik menyenangkan dan tidak berat yaitu plastik segera dicuci bersamaan dengan mencuci piring. Plastik kemudian ditaruh di baskom untuk dijemur di bawah matahari. Jangan lupa plastik diberi pemberat batu agar tidak terbawa angin. Plastik kering kemudian dikumpulkan terlebih dahulu agar banyak baru kemudian dibuat ecobrick. Proses membuat ecobrick butuh ekstra tenaga yaitu saat menekan plastik dengan stick kayu hingga padat. Cara mengatasi agar proses membuat ecobrick menyenangkan yaitu lakukan kegiatan membuat ecobrik di tempat teduh dan banyak angin sehingga tidak capek dan keringatan. Bisa juga membuat ecobrik di ruangan yang nyaman dilengkapi kipas angin.

Terakhir, preparasi plastik itu sulit dan membutuhkan banyak tenaga, sehingga sebisa mungkin menghindari pemakaian plastik yang tidak perlu. Cara yang bisa dilaku yaitu membawa tas belanja sendiri. Saat membeli makanan matang bawa wadah sendiri dari rumah. Jika terpaksa mempunyai kantong kresek, segera dicuci bersih kemudian dipakai lagi untuk bahan makanan seperti cabai, bawang merah dll. Gunakan pembalut wanita berbahan kain yang bisa dicuci. Menstrual cup juga menjadi alternatif menjalani menstruasi tanpa sampah plastik. Popok sekali pakai ganti dengan popok kain atau balita diajari metode toilet training tatur.

Jika langkah kelola sampah rumah tangga seperti yang dijelaskan di atas dikerjakan, insya allah di tahun 2022 lingkungan sekitar rumah asri dan tertata rapi. Semoga pemerintah juga lebih memperhatikan masalah pengelolaan sampah dalam bentuk dukungan dana yang lebih besar.

 

Referensi:

Andina E. 2019. Analisis perilaku pemilahan sampah di kota Surabaya. Aspirasi : Jurnal Masalah-Masalah Sosial 10(2) :119-138. DOI: 10.22212/aspirasi.v10i2.1424.

Damanhuri E dan Padmi T. 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat Kuliah Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung-3104.

Jambeck JR, Geyer R, Wilcox C, Siegler TR, Perryman M, Andrady A, Narayan R, Law KL. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. Science vol 347.6223:768-771.

Lestari P and Trihadiningrum Y. 2019. The impact of improper solid waste management to plastic pollutin in Indonesian coast and marine environment. Marine Pollution Bulletin 149:110505. DOI:10.1016/j.marpolbul.2019.110505.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here